Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Menderita kelemahan tubuh bukan berarti harus lemah

Ibuku yang hebat


Ibu , sebagai seorang wanita kau telah melahirkan seorang manusia yang kuat, wanita yang sempurna kedalam dunia ini 
aku...aku engkau lahirkan tanpa bawaan cacat dari ujung kaki sampai ujung rambut dan bukan sebagai seorang perempuan yang lemah yang tidak bisa berbuat apa-apa.



Banyak hal yang telah aku lakukan dimasa-masa kecilku dan itu bukti aku tumbuh menjadi anak yang sehat dan juga cerdas bahkan disaat aku tidak mengerti arti kebaikan dan manfaat menolong orang lain, dimasa kecilku aku sudah lakukan itu buat orang lain. Aku sudah tergerak terhadap kesusahan orang lain yang membuat aku harus menolongnya. Disaat yang tidak kusangka saat aku berusaha  membantu orang  yang tidak bisa melihat akibat malapetaka yang merenggut kedua matanya yang membuatnya tidak bisa lagi melihat keindahan dunia seumur hidupnya dan aku berusaha memenuhi keinginannya.


Diawal perjalanan hidupku malapetaka menghampiriku. Wanita yang sempurna itu kini menjadi wanita yang lemah secara jasmani, tetapi tidak dengan jiwaku. Rasa sakit akibat hantaman persoalan menjadikan jiwaku tegar  meski harus dibanting dengan pukulan keras aku masih tetap bisa kuat dan aku bersyukur untuk itu karena aku tidak mudah menyerah meskipun terkadang sangat menyakitkan. Masalah terberat sekalipun yang pernah aku alami tetapi suatu saat aku bisa bangun, berdiri melewati dan melupakan itu meski menyakitkan

Ibu, malapetaka yang pernah menimpa anak perempuanmu diusia dini itu harus mempengaruhi perjananan dan kebahagiaan anakmu ini. Karena akibat malapetaka itu menjadi sebuah duri dalam dagingku dan senjata yang ampuh bagi orang lain yang dipakai untuk merendahkan, menunjukkan betapa lemahnya aku secara jasmani dan kurangnya nilaiku dimata orang lain. Kelemahanku menjadi alat yang digunakan untuk menindas dan sekaligus melemahkan karakter aku yang mana selalu menyalahkan apa yang mereka bisa lakukan harusnya bisa juga aku lakukan juga. Tetapi akibat kelemahan itu saya seringkali mendapat serangan yang memojokkan diriku.


Aku bisa mengajak jiwaku berkompromi untuk berpikir keras dan menerima ocehan dan tuduhan atas diriku karena aku tidak bisa melakukan banyak hal sama seperti yang orang pada umumnya lakukan. Meski setiap kali aku berkata aku capek karena kondisi tubuhku yang lemah tetapi itu semakin membuat orang menyerangku lebih keras lagi. Aku tidak bisa memberi argumen yang lebih panjang untuk mempertahankan pendapatku terhadap kondisi tubuhku untuk sekedar bela diri. Diluar pemikiran orang akupun berusaha tetap harus ingin melakukan pekerjaan yang lebih keras demi menyelesaikan semua
pekerjaan yang harusnya kukerjakan tetapi aku tidak berdaya.


Bagian tubuhku yang lain bisa melakukannya tapi jika tubuhku yang lain bekerja keras maka anggota tubuhku yang lainnya menjerit kesakitan. Situasi ini bukanlah keinginanku, karena akupun berusaha menjadikan diriku menjadi pejuang tangguh seperti yang diinginkan orang orang padaku, tetapi untuk jasmani aku tidak bisa.


Aku tidak membawa kelemahan ini sejak lahir, dan kelemahan ini tidak kasat mata sehingga orang pasti menganggapnya alasan yang dibuat-buat karena apabila suatu kecelakaan atau malapetaka pernah menimpa tubuh manusia itu akan meninggalkan jejak. Jejak malapetaka inilah yang aku bawa sampai hari ini, meski aku berusaha melepaskannya aku tidak bisa.


Kelemahan ini sama sekali tidak pernah aku gunakan untuk memanfaatkan orang lain supaya mengasihani aku dan menarik simpati orang untuk mengulurkan tangan padaku.

Sepanjang perjalanan hidupku aku tidak pernah mengemis kepada siapapun. Aku sadar tubuhku memang lemah tetapi jiwaku kuat terhadap tantangan dan aku bisa bekerja menggunakan akal dan jiwaku bersama-sama dengan sedikit gerakan tubuh. Dalam kebutuhanku aku tidak kekurangan, aku bisa memenuhi kebutuhanku dari hasil kerja keras dengan otakku dan berkat pertolongan Tuhan. dan ketika aku bekerja keras dengan otakku tubuhku yang lemah sama sekali tidak menjerit dan hidupku menjadi seimbang.


Terus terang jika aku disuruh untuk melakukan yang bisa membuat tubuhku yang lemah menjerit aku tidak sudi dan aku berusaha menolak tetapi itu bukan senjata bagiku untuk memanfaatkan tenaga orang lain. Aku hanya menginginkan bantuan orang lain jika niatnya tulus untuk menolong karena itu aku tidak peduli kata orang. meski orang menghujat aku, aku siap, dan jiwaku kuat untuk itu walaupun diakhir cerita aku harus menangis karena aku tidak bisa menolak penderitaan ini dan mengabaikan kata-kata orang yang menyakitkan.

Hal paling menyakitkan karena orang yang selalu menjadi sandungan bagiku adalah orang terdekatku yang sebetulnya tahu akan peristiwa ini dan kelemahan yang ada ditubuhku. Sekali lagi saya tidak pernah pertegas hal ini untuk mengingatkannya akan peristiwa yang pernah menimpa aku. Setiap kali mereka melakukan sorotan akan apa yang tidak aku kerjakan karena tidak sanggup yang selalu menjadi persoalan sebagai alasan mencercah untuk menjadikan alasan itu melemahkan aku aku selalu memilih diam. Aku tidak berusaha mencari pembelaan karena dianggap sebagai kesalahan besar yang menimbulkan kemarahan besar pula.

Aku sadar aku tidak akan dapat pembelaan dari siapapun meski aku berusaha meyakinkan, bagiku malapetaka yang pernah hadir dalam hidupku hanyalah masalahku semata. Bertahun-tahun aku disiksa oleh kelemahan ini tapi tidak seorangpun yang bisa memahamiku, mungkin kecuali ibuku yang sangat peduli dan mengerti perasaanku. Suatu kesalahan besar aku berharap orang mengerti aku yang mengakibatkan aku meletakkan harapan itu kepada manusia. Ternyata pada ujungnya menuai kekecawaan.



Kelemahan bukanlah sebuah kesalahan, meskipun akibat kelemahan ini kita akan dan selalu dipersalahkan.







Post a Comment for "Menderita kelemahan tubuh bukan berarti harus lemah "