Pil Pahit Dibalik Sakitnya Jika Tidak Punya Anak Padahal Tidak Mandul
Taman ruang inap bersalin RK. Charitas |
Malam itu, mengingatkan aku akan kejadian 31 Januari 2018, saat aku harus kehilangan bayiku yang sudah aku tunggu-tunggu selama 6 tahun. Ia harus meninggal dalam rahimku akibat pendarahan.
Hari itu kebahagiaanku direnggut dan nyaris tak bersisa. Suara tangisanku terdengar kencang diruang dokter spesialis kandungan di rumah sakit RK. Charitas, karena tidak sanggup lagi membendung sakitnya dan sedihnya hari itu.
Setelah 3 hari dirawat di rumah sakit tersebut, berharap ada mukjizat yang terjadi setelah sekian Minggu terjadi flek dan akhirnya pendarahan. Sakit .. sakit Tuhanππππππ....
Dengan penuh perjuangan saya berusaha mempertahankan bayi dalam kandunganku, berharap saya bisa melahirkan, menggendong dan membesarkannya dengan semua cintaku dan sayangku. Saya berdoa dengan sekencang-kencang supaya ia bisa tetap kuat dan tetap bisa dipertahankan. Doaku tidak dijawab oleh Tuhanππππ. Dan saya tidak mengerti maksud Tuhan atas kejadian yang terjadi menimpa keluarga kami sampai akhirnya aku kehilangan dia untuk selamanya.
Aku hendak menyesali semuanya, tetapi apa yang kusesali? Semua sudah terjadi. Walaupun sampai hari ini menjadi teka-teka yang tidak terpecahkan bagiku karena aku belum bisa melahirkan anak pertama untuk kehamilan kedua. Ia tidak beban buat aku, tapi ia membuat hari ku, saat kepergiannya meruntuhkan seluruh hidupku. Kepergiannya membuat dunia ini serasa runtuh dan semuanya menjadi gelap.
Mazmur 139:17 Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Tuhan! Betapa besar jumlahnya!
Aku tahu, ia anakku yang pernah hadir dalam rahimku memberikan arti yang baru bagiku. Kehadirannya didalam rahimku telah membuktikan bahwa kami bukanlah pasangan yang mandul. Kehilangan dia adalah kehilangan harta berharga bagiku dan menjadi tangis yang tak berkesudahan bagiku. Aku sangat kehilangan dia. Dia yang sudah mengganti gelarku dari yang menurut orang mandul, memberikan bukti bahwa kami bukanlah orang mandul.
MALAM - MALAM YANG MEMBUAT HATIKU MENGGELIAT
Malam itu setelah 1.5 tahun kau dikeluarkan paksa dari rahimku, tangisku pecah dalam kamarku sambil memandang dari jendela berterali besi tempat kamu aku taruh. Sedih hati ibumu nak!Tangisku memecah keheningan malam menyapa engkau yang sudah terlebih dulu dibawa Tuhan ke tempatnya yang paling mulia. Tapi tahukah kamu bahwa ibumu ini sangat menderita engkau tinggal?
Aku berharap engkau bukan hanya teman ibu bermain dan berbagi cerita disaat ibumu pulang kerja, tapi harapan ibumu ini, engkau akan menemaniku diusia tuaku.
Tapi, engkau yang kunantikan dan kudambakan selama bertahun-tahun, sekaligus mengambil kebahagiaan ibu, dan Tuhan belum memberikan lagi kebahagiaan itu yang sama seperti kebahagiaan saat engkau dihadirkan dalam rahim ibu ini.
Siapakah anakku yang akan mendampingi aku dimasa sukar dan dimasa tuaku? Aku tak sanggup hidup dalam kesepian, anakku? Mengapa Tuhan tidak membiarkan engkau aku rawat menjadi dewasa?
-------------------------------------
Selama 6 tahun bukanlah sebuah penantian singkat. Mengingat masa itu membuat saya lemah tak berdaya. Belum lagi dibumbui masalah, yang membuat aku memikirkannya pun tidak sanggup. Kamu tahu perasaan seorang perempuan yang harus kehilangan bayinya? Selama mengandung aku mengalami penderitaan. Aku harus bedrest ... Ah Tuhan sungguh sakit penderitaanku. Adakah perempuan lain yang dilahirkan mengalami penderitaan seperti saya ini? Saya berpikir akulah orang paling malang didunia ini.
Sudah bedrest tetap saja kehilangan dia yang paling berharga dalam hidupku. Aku harus nginap dirumah sakit selama berhari-hari dan pada akhirnya harus menerima kembali penderitaan ini. Aku harus mengalami meja operasi hanya untuk membuang harta berhargaku. Pahit Tuhanπππππ. Bahkan sempat mengalami trauma mengingat masa itu.
Sungguh, aku tidak kuat dengan semua penderitaan ini. Kadang aku berpikir, untuk apa Tuhan aku dilahirkan kedunia ini kalau hanya ditakdirkan untuk mengalami semua penderitaan ini. Hidupku juga tidak berarti apa-apa ada didunia ini. Tidak ada yang aku banggakan. Dengan keadaan dan keberadaan ku tidak juga memberi arti bagi siapa-siapa. Sungguh tidak berarti. Semua doaku dan harapanku semua seperti harapan yang sia-sia. Aku berdoa dan berharap penuh jadi seorang ibu, tapi saya belum pernah melahirkan anak walaupun sekiranya hanya operasi Caesar. Belum ada anak yang kulahirkan didalam rumahku yang memanggil ibu kepadaku atau bapa kepada suamiku. Dirumah tetap sepi. Aku ingin jadi donatur buat ibuku dan saudaraku yang lain, saya juga tetap hidup miskin.
Sepi hidup ini. Kalau bangun pagi rasanya mau mati. Seperti sudah tidak ada kehidupan. Benar-benar kehilangan gairah dan semangat hidup. Kami tidak mandul tapi kami tidak punya anak. Dimana salahnya sampai tidak punya anak? Bangun pagi hari meringis menahan kesedihan yang mendalam menusuk Sampai kejiwa.
MERTUA YANG MENYARANKAN ADOPSI ANAK
Tiap hari selalu menemui masalah yang membuat aku rasanya terjepit. Semakin hari semakin sesak rasanya dada ini. Aku menjerit : bagaimana ini Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Saya tidak mandul, kenapa aku tidak punya anak?
Beberapa waktu yang lalu aku menelpon mertuaku yang baru pulang dari rumah sakit. Saya bertanya, kenapa bisa sakit? Mertua jawab: apa tidak sakit, kalau kalian belum punya anak akan seperti ini terus. Angkat kalian lah anak. . Jawaban itu meruntuhkan lagi hidup aku. Setelah menutup pembicaraan, tangisanku pun kembali meledak. Apa yang bisa aku lakukan? Rasa rinduku dan rasa sakitku lebih dalam dari yang kalian rasakan. Siapa yang menginginkan ini terjadi? Tuhan jawablah doaku. Aku hanya bisa meminta pertolongan Tuhan. Mengapa Tuhan menguji kami sekeras ini?
Saya pernah berjanji pada diriku dan bilang pada suami: aku tidak akan angkat anak sebelum dokter vonis aku bahwa aku tidak bisa lagi punya anak. Dokter selalu bilang padaku bahwa rahimku baik-baik saja. Saya berharap dan menunggu Tuhan jawab doaku. Karena saya percaya Tuhan. Dasarku percaya bahwa dokter memberikan diagnosa yang baik padaku dan terbukti saya pernah hamil. Hanya saja kini usia kami terus bertambah.
Ketika mertua suruh untuk angkat anak, aku tetap keberatan. Bagiku, alangkah lebih baik aku mengasuh anak kandungku yang aku lahirkan dan bermaksud menunggu beberapa tahun lagi, sekiranya Tuhan melihat dan mengingat penderitaanku. Kembali lagi kepada suamiku yang mengikuti perkataan ibunya, aku bimbang. Bagaimana ini Tuhan? Ini pilihan yang sangat sulit bagiku.
Situasi yang aku alami benar-benar membuat aku terhempas jatuh. Berada pada titik terendah hidupku. Kali ini benar-benar perih. Seluruh dadaku dirobek-robek. Saking sakitnya menusuk dalam bathinku, dalam doaku minta: Tuhan, kalau seandainya aku tidak punya anak, jangan berikan aku umur panjang dan kalau sudah tidak bisa lagi kerja, bawalah aku kembali kepadaMu. Tapi jangan kehendakku, kehendak-Mu lah yang jadi.
Rasanya saya benar-benar tidak mampu menghadapi kehidupan ini nanti. Sekarang saja saya sangat berat.
Jika bukan karena Tuhan yang selalu kuingat dalam tarikan nafasku, entah bagaimana aku hidup. Satu hal, supaya janganlah Tuhan biarkan aku jauh dan meninggalkan Dia. Sebab aku berjanji pada diriku, aku tidak akan meninggalkanNya. Dia terlalu berarti untukku. Hanya Tuhanlah yang membuat aku kadang melupakan masalahku. Aku tetap kuat dan bertahan sekalipun disekelilingku gelap. Sekalipun dagingku dan bathinku lenyap, tetaplah Dia bagianku dan gunung batuku. Aku berusaha menghalau masalahku dengan kebaikan dan berbagai hal, karena sampai hari ini aku masih tetap percaya bahwa Tuhan akan menolong aku. Mengingat anakku yang tidak sempat dilahirkan dan melihat kondisi saat ini, benar-benar cukup membuatku menggeliat dan seperti terkubur dalam-dalam.
Aku tidak tahu apa yang diderita ibuku terkait dengan keadaan keluargaku yang belum punya anak. Saya yakin oleh karena ibu menjaga perasaanku, sesekali dia hanya bilang,,, Wee anakku, seandainya kamu punya anak. Iya tergantung kepada kehendak Tuhanlah. Ibuku menjawab kegelisahannya dengan kepasrahan. Dia tidak menuntut banyak padaku karena ibuku sadar itu akan sangat menyakitkanku. Ibuku mengerti arti kehinaan, ibu tahu arti penolakan. Ibuku jadi sahabat, tetapi aku tidak bisa berbuat banyak untuknya. Hanya tangisan dan air mataku jawaban dari setiap harapannya.
Disaat aku mengalami keguguran, ia hanya tahu aku hamil pada saat aku keguguran. Saat aku tidak dapat menahan air mataku,.aku mengadu pada ibuku, kata-kata bijaksananyalah yang menghentikan tangisanku.
Emak.... Yang tidak emak tahu, segala macam cara aku sudah lakukan membujuk TUHAN memohon belas kasihanNya. Mamak tidak lihat bagaimana aku meraung mengerang dibilik kamarku kepada Tuhan supaya memperhatikan deritaku dan sengsaraku. Aku tidak bisa memaksa Tuhan. Aku hanya bisa sabar menanti kapan Tuhan jawab aku dan tolong aku. Doakanlah anakmu ini supaya dapat anugerah yang emak dambakan itu. Emak menunggu aku punya anak, mungkin engkau akan bahagia jika Tuhan sudah memanggilmu ketika cucumu dariku emak dapat. Emak menanti penggenapan tahun umurmu.ππππ
Kami lebih menderita atas keadaan ini. Ini bukan pilihan kami, tapi kehendak Tuhan seperti ini, siapa aku sehingga menggugat TUHAN? Dapatkah aku memaksa Tuhan? Aku takut kepada Tuhan, aku hormat pada nama-Nya. Aku mengasihi-Nya dan aku sangat berhati-hati berbicara pada-Nya. Aku hanya bisa tunduk terhadap otoritas-Nya.
Tuhan... harapanku tulus padaMu dari rasa kerinduan dan hati yang terdalamp.... Izinkan aku mendapat kasih dihadapan-Mu....ππππ.Janganlah Engkau menolak permohonanku dan permononan ibuku, suamiku dan mertuaku. Berikan aku sekali lagi kesempatan untuk mengandung, melahirkan dan membesarkan anak yang sehat bagi keluargaku. Supaya orang yang diluar sana juga melihat bahwa Tuhanlah yang memberi.
Tuhan tahu aku tidak kuat bahkan aku takut dalam hidup ini. Engkau tahu aku menderita dan miskin. Engkau tahu aku ditolak. Engkau tahu tentang semua hidupku, masa laluku dan masa depanku. Alasan itulah yang membuat aku tidak bisa hidup sendiri dan jauh darimu. Bahkan kebahagiaan, hal sederhana itu, datangnya hanya dari padamu. Dengarkanlah aku Tuhan.....πππ
Post a Comment for "Pil Pahit Dibalik Sakitnya Jika Tidak Punya Anak Padahal Tidak Mandul"