Akibat Menyepelekan Hari Natal.
Entah suatu kebetulan atau memang itulah jalannya, akhirnya sebuah perusahaan mengalami kebangkrutan akibat Menyepelekan Hari Natal. Selama hampir 3 tahun saya mengikuti jejak perkembangan usaha yang bergerak di bidang perdagangan besar ini sejak pertama kali diadakannya masuk kerja tepat dihari Natal.
Pada saat Natal tiba, bertepatan jatuh pada hari kerja. Pengusaha yang kerap pajang tanda salib di setiap ruangan dan disaat perayaan Jumat agung, beberapa lembar daun palem turut menghiasinya, menandakan ia adalah seorang penganut agama juga menandakan ia sering melakukan ritual agama yang dia anut.
Menjelang Natal, sebagai seorang Kristen (pengikut Kristus) tentu sudah siap-siap menyambut hari itu. Hari itu selain menjadi hari bersejarah bagi pengikut Kristus, lebih dari pada itu menjadi hari kesukaan besar sebab hari itu diperingati sebagai lahirnya Juru Selamat manusia. Seorang Raja damai dilahirkan. Jadi sangat wajar setiap orang percaya menanti-nanti hari itu tiba sebagai perayaan besar. Artinya bagi yang sadar akan keselamatan dirinya oleh lahirnya Satu Pribadi yang datang kedalam dunia membawa sukacita besar akan sangat konfer dengan hari itu. Maka tidak heran seaantero jagat raya ikut bersuka cita dihari itu.
Namun, Pada hari itu, tidak demikian pada salah satu pengusaha tersebut. Malahan hari itu dijadikan sebagai aktivitas harian layaknya hari biasa. Semua karyawannya di hari Natal itu disuruh bekerja untuk mengumpulkan pundi-pundi sebanyak-banyaknya kedalam perbendaharaannya.
Sebagai seorang Kristen walaupun berbeda denominasi, menjadi pemandangan liar dan janggal bagi saya. Tentu saja ada perasaan berontak dalam hati. Berontak tentu ada alasannya:
1. Bagi yang beragama Kristen hak kebebasan beribadah mulai terganggu. Hampir semua bagian dari orang percaya dari jauh-jauh hari sudah mempersiapkan diri untuk hari itu. Khusus untuk hari itu. Namun, begitu di buat hari itu untuk bekerja, kebebasan mulai terbelenggu. Bagaimana tidak, perusahaan tidak lagi memberi ruang yang strategis bagi penyembah Yesus untuk beribadah. Coba hal itu dilakukan bagi agama orang lain, sudah didemo berjilid-jilid.
Beribadah itu butuh persiapan hati dan jiwa. Secara waktu, akan mencari waktu yang pas untuk bisa ibadah dan pastinya akan sangat terburu-buru, dimana harus mengajukan cuti atau izin terlebih dahulu padahal seharusnya libur. Kemudian harus meninggalkan kesan tidak enak pada rekan kerja yang lain.
2. Bagi agama lain pastinya akan menimbulkan pesan buruk. Bagaimana ia akan menghargai agama lain sedangkan agama sendiri tidak dihargai.
3. Bagiamana ia akan peduli dengan kehidupan manusia yang dia pekerjakan
sedangkan Tuhannya saja tidak dipedulikan. Nah, kira-kira begitulah gambaran jika bertindak gegabah hanya fokus pada ego diri sendiri.
Diluar itu pasti ada stigma yang lain yang muncul dalam pemikiran orang yang tidak terucapkan. Membuat orang kerja dihari raya Agama itu sudah memunculkan pesan buruk bagi penganutnya dan penganut agama lain.
Perasaan tidak terima apa yang dilakukan oleh pengusaha ini, membuat saya, entah mengapa; ingin sekali melihat dan menjajaki detik-detik perjalanan usaha tersebut. Sampai dimana dia akan bertahan dan sampai dimana Tuhan akan membiarkan itu terjadi.
Bukan karena berbasis kepada rasa sakit hati semata, namun lebih dari itu, saya melihat sebuah pelecehan kepada iman dan tanggungjawab sebagai seorang Kristen. Seharusnya sebagai pengikut Kristus yang tahu tanggung jawabnya sebagai orang Kristen harus memberikan contoh yang baik terutama bagi mereka yang sama sekali tidak percaya Yesus sebagai Tuhan. Kapan lagi waktu bagi pengikut Kristus untuk menyatakan hukum kasih yang pertama dan terutama kalau bukan dalam momen penting seperti itu. Orang diluar sana tidak melihat anda berdoa dan menyembah Tuhan. Yang orang lain lihat bagaimana anda menjalankan hukum Tuhan yang berlaku bagi Tuhan dan bagi sesamanya.
Orang Kristen tidak cukup hanya di perkataan saja, dengan mengucapkan sejuta kata-kata manis berupa motivasi atau sekelasnya. Orang Kristen itu harusnya lebih nyata pada sebuah sikap dan tindakan yang mencerminkan sifat Kristus.
Saya pun akan muak mendengar kotbah-kotbah dan nasihat-nasihat yang saya tahu hidupnya tidak sesuai dengan apa yang dikotbahkan, hidupnya tidak sesuai dengan firman Tuhan sesuai yang dia kotbahkan. Bagi saya orang seperti itu tidak lebih baik dari seorang penipu. Kalau cuma kutip-kutip ayat, iblis pun melakukan itu saat mencobai Yesus.
Jangan orang berpikir ketika mengutip ayat Alkitab lalu dengan sekonyong-konyong bisa membenarkan perbuatannya yang penuh kejahatan. Oh tidak semudah itu Fernando mengelabui orang lain. Kalau soal mengutip ayat Alkitab, iblis jago juga. Istilahnya : jangan ajari ikan berenang, bagi orang lain cara itu masuk. Kenali orang yang hendak anda bual.
Di tahun 2017, itulah kejadian pertama kali bagi saya termotivasi untuk memperhatikan grafik dari perusahaan tersebut. Niat saya besar kala itu ingin sekali melihat perjalanannya. Entah kenapa nafsu saya besar kala itu. Bagi saya pribadi ini sebuah kejahatan yang terbungkus rapi dengan kertas kado yang mahal. Untungnya hidung saya bisa mengendus😁.
Memang ini bukan sesuatu yang baik di utarakan, tapi biarlah ini menjadi pelajaran bagi orang yang sedang berada diatas, supaya tetap memperhatikan hidupnya dengan seksama, jangan seperti orang bebal. Karena kekayaan seseorang bisa jadi bumerang yang membuatnya lupa Tuhan dan lupa diri.
Di awal-awal setalah kejadian itu, kondisi perusahaan masih berjalan seperti biasa, baru setelah perjalanan beberapa bulan, barulah mulai kelihatan. Tapi jujur, sejak kejadian itu, sangat menyakitkan bagi saya.
Ternyata proses kemunduran itu terus berlanjut. Tahun demi tahun terus mengalami kemerosotan. Satu persatu hartanya mulai di garong oleh orang-orang dalam. Orang-orang prinsipal yang membangun hubungan kerjasama satu persatu memutuskan kerjasamanya dengan perusahaan. Orang-orang penting yang dipercayakan satu persatu mengundurkan diri setelah berjalan dan melihat kondisi perusahaan yang mulai tidak sehat. Menerima kontrak kerjasama yang terkesan asal-asalan padahal tidak memberi keuntungan buat perusahaan. Begitulah hari demi hari terus bergulir. Tapi pandangan saya hanya tertuju pada satu alasan: inilah akibat menyepelekan hari Natal. Mataku hanya mengawasi digaris ini. Terlepas banyaknya pandangan negatif yang ditujukan pada pengusaha tersebut.
Benarlah kata Alkitab:
Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka. 1 Timotius 6:10
Banyak orang yang menyebut perusahaan ini sebagai perusahaan zolim. Akhhh... Hanya Tuhanlah yang tahu. Beberapa kali perusahaan ini harus menerima surat cinta dari Disnaker terkait hak-hak karyawan.
Ketika fokus berubah dari Tuhan kepada uang maka semuanya menjadi runyam. Memang sekiranya bisa bertahan, tetaplah bertahan hanya berfokus pada Tuhan. Berkat itu akan Tuhan kirim sesuai dengan kapasitas masing-masing. Nanti di sesi berbeda akan saya tulis berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak menambahinya.
Sebab dalam hukum Musa ada tertulis: "Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik!" Lembukah yang Allah perhatikan?
Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya. 1 Korintus 9:9-10.
Masih terasa ketika perusahan ini dirintis dengan peri kemanusiaan dan kebersamaan, semua merasa senang dan bahagia. Di sisi lain masih melekat kuat diingatan saya ketika sudah menyalahgunakan wewenang. Ah... Hanya Tuhanlah yang tahu.
Kalau sudah tidak lagi fokus kepada Tuhan, apapun bisa dilakukan dan apapun bisa terjadi. Sebaliknya, jika tetap fokus kepada Tuhan apapun bisa kita lihat dan semuanya berakhir bahagia dan kesemuanya harus menjadi pelajaran bagi setiap orang.
Tidak perlu berlama-lama jika sudah waktunya tidak akan ada yang bisa menahan, hanya perlu sekitar tiga tahun semua harus menjadi nyata didepan mata. Satu persatu perusahaan rugi dan tidak mampu beroperasi lagi. Ada yang bilang terlalu serakah. Ada yang bilang lagi, Tuhan mendengar doa-doa karyawannya yang dizolimi. Ada yang bilang dapat karmanya. Ada yang bilang karena sombong.
Seperti yang sudah saya katakan: kalau fokus sudah berubah menjadi cinta uang, semua kejahatan bisa dilakukan. Pada akhirnya yang menuai buahnya adalah pelakunya sendiri.
Nasi sudah menjadi bubur. Pada hari Senin 24 November 2020 perusahaan itu tutup. Tidak ada lagi yang perlu disesali apalagi ditangisi. Apa yang ditanam itu pulalah yang di tuai. Banyak kesalahan dan kejahatan terjadi tapi perhatian saya hanya tertuju pada saat Natal diabaikan... Kesan yang saya petik kala itu sampai kini, ia mendogma orang lain bahwa Natal itu tidak penting. Dan ternyata bias-bias dari penglihatan saya akan kejadian menyepelekan hari Natal itu berbuah pahit. Apa yang tersirat dalam pikiran saya untuk menyaksikan perjalanan perusahaan itu menuai ending.
Apapun tujuan yang akan dikejar, jangan sampai salah sasaran. Karena Tuhan tidak mau pribadiNya diremehkan dan dipermainkan apalagi dianggap tidak penting. Siapa kita?
Kita hanyalah debu tanah yang hari ini ada, besok tidak tahu apa yang terjadi. Maka berhati-hatilah dalam memandang Tuhan. Jadi jangan terulang apa yang sudah terjadi.
Post a Comment for "Akibat Menyepelekan Hari Natal."