Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Keluarga dibuang, orang lain disayang-sayang

 

Kasih semu kasih yang pura-pura

Kalau aku minta uang sama abangku tidak pernah mau kasih. Abangku ini pendeta di Nias, tapi tiap aku minta uang susah sekali kasihnya. Kalau sama orang lain enggak begitu, baik kali dia sama orang tapi kalau kami minta tidak pernah dikasih. Begitu curhat teman saya memulai obralan kami siang itu.


Ia melanjutkan ceritanya. Baru saja ia mendapat uang goban dari teman pelayanannya. Siang itu, dengan uang tersebut dia mau traktir saya. Dia mengajak saya makan disebuah tempat makan biasa. 


Sebenarnya saya tidak tega, tapi dia cerita bahwa sebelumnya dia memang berkeinginan untuk traktir saya. Saya tahu, dia sangat butuh uang karena dia memang tidak kerja. Tiap rupiah-rupiah kecil yang ada padanya dia hargai sebaik mungkin. Dia mengeluarkan uang sangat hati-hati. Dengan uang pemberian dari temannya itu akhirnya dia traktir saya. Entah kebaikan apa yang aku buat padanya sehingga ia kepikiran mau traktir.


Dia bercerita, Tuhan memeliharanya dengan baik meski hanya sedikit uang ditangannya. Uang sedikit yang ada padanya tidak pernah habis-habis. Tuhan itu baik banget, katanya. Dia Santuyy dalam kekurangan.


Ada begitu banyak curhatan-curhatan orang lain diluar sana ketika keluarga minta tolong tidak mau menolong. Ketika adik / kakaknya minta bantu tidak dibantu. Kalau orang lain minta tolong, mudah sekali untuk mengeluarkan uangnya. Mungkin ada diantara sahabat yang juga mengeluhkan keluhan yang sama.


Yakinlah anda tidak sendirian mengalaminya. Ada banyak orang bergumul dengan kasus yang sama, yang sama keluarga sendiri hilang kasih dan kepedulian, tapi sama orang lain tidak. Percayalah, kalau saudaramu menolak menolongmu, ada banyak orang didunia ini yang dipakai Tuhan. Minta tolong sama Tuhan pasti Tuhan tolong.


Tidak ada tempat keabadian dalam dunia ini. Semua berubah pada akhirnya, manusia hanya tunduk kepada perubahan, namun belum tentu tunduk pada Tuhan sekalipun mengatasnamakan hamba TUHAN.


Banyak orang berkamuflase menyebut diri orang percaya Yesus sebagai Tuhan, percaya pada Allah adalah kasih, percaya pengikut Kristus tapi percayanya di mulut saja bukan dari hati.  Mengaku dirinya murid Yesus, mengaku dirinya orang yang sungguh-sungguh di dalam Tuhan, mengaku dirinya orang baik, mengaku dirinya adalah pelayan Kristus, mengaku pelaku firman, tapi hasilnya tidak sesuai.


Adik / kakaknya minta tolong tapi tak mau tolong padahal punya. Orang tuanya kekurangan pura-pura tidak tahu. Ibunya menangis pura-pura tidak lihat. Giliran orang lain yang tidak ada hubungan keluarga minta tolong, tanpa pikir lama langsung di tolong. Disayang-sayang.



Galatia 6:2 (TB)  Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. 

 

Berpura-pura jadi pelayan yang baik didepan orang lain supaya dihormati, supaya dipandang mulia Tapi keluarganya tidak diperhatikan, keluarganya diabaikan, orang tuanya sering dibuat menangis, adik / kakaknya dibiarkan kekurangan pura-pura tidak lihat.


Dari mulutnya keluar kotbah-kotbah yang manis agar lebih meyakinkan bahwa ia hamba Tuhan sungguhan tapi realitanya berseberangan. Nyatanya kasih itu hanya berpura-pura. Gelar hamba Tuhan itu hanya untuk orang tertentu, tapi keluarga sendiri tidak bisa nikmati.


Sebelum minta tolong sama siapapun apalagi sama saudara / keluarga sendiri, terlebih dulu minta tolonglah sama Tuhan. Masuklah terlebih dahulu ke dalam kamar, berdoalah. Jangan-jangan bukan anak anda perpanjangan tangan Tuhan membantu anda, jangan-jangan bukan saudara anda yang digerakkan untuk menolong. Bisa saja orang yang tidak anda kenal. Orang yang sama sekali tidak ada pertalian.


Minta tolong sama orang yang tidak dijamah Tuhan anda bisa kecewa. Pesan ini disponsori oleh kitab Amsal 17:17

Amsal 17:17 (TB) Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.


Minta tolonglah sama Tuhan, ketuk pintuNya. Minta tolong sama manusia banyak kecewanya. Takutnya kalau minta tolong anda ditolak, anda tidak siap. Ujungnya nanti bisa marah dan kecewa. Orang yang ditolak / dikecewakan oleh saudara sendiri, lama sembuhnya. Tujuh turunan, tujuh pengkolan, tujuh tanjakan sakitnya tidak hilang. Penolakan itu bisa jadi bayang-bayang sepanjang zaman. Jadi jera walaupun bahasanya minjam.


Agak berat kalau sudah kecewa sama keluarga sendiri, bisa kepahitan anda apalagi anda tahu saudaramu sering bantu orang. Sakitnya sampai ke ubun-ubun. Lebih sakit ditolak keluarga sendiri dibandingkan ditolak oleh orang lain.


Kadang kita berpikir, orang yang sudah melayani Tuhan sudah barang tentu baik dan mengasihi. Iya, mungkin dia akan mengasihi orang lain untuk mendapat perhatian dan simpati. Kalau tidak demikian, manalah mungkin dia akan dipakai orang lain. 


Dipakai orang lain bukan berarti dipakai Tuhan. Orang yang dipakai Tuhan, ia akan menunjukkan kasihNya. Kasih itu diawali dari orang terdekat dulu. Siapa mereka? Yaitu keluarga terdekat (orang tua, saudara laki, saudara perempuan)


Sebelum berbuat baik pada orang lain, terlebih dahulu berbuat baik kepada keluarga sendiri. Sebelum mengasihi orang jauh, kasihi dulu orang terdekat. Kasih itu rapih tersusun dan terorganisir. Tidak pilih-pilih dan tidak lompat-lompat. Kasih itu konsisten dalam berbuah dan berbuat.


Seorang hamba Tuhan itu harus bijaksana khususnya dalam keluarga, supaya keluarga sendiri tidak tersakiti dan dikecewakan. Kalau ada uang anda, simpan untuk anda sendiri dan keluarga bila suatu saat ada anggota keluarga yang terdesak butuh uang, anda dapat menolongnya.


Pelayan pekerjaannya bukan hanya mengkotbahi orang lain, kotbahi dulu diri sendiri, sebab firman itu pedang bermata dua. Anda bicara kasih diluar sana, tapi anda menolak keluarga sendiri, saudara sendiri dan bersayang-sayang dengan orang asing. Lebih mementingkan orang lain demi sebuah nama dan kehormatan.


Pertama urus dulu keluarga kalau keluarga sudah cukup baru bantu orang luar. Jangan orang luar yang diutamakan, keluarga sendiri tidak terurus. Dibuang, ditolak.



Post a Comment for "Keluarga dibuang, orang lain disayang-sayang"