Tips Memilih Pembicara Atau Pengkhotbah Dalam Kebaktian Gereja
Tips memilih tamu pengkotbah - Di saat saya menulis artikel ini saya merasa orang yang kejam disini, kenapa? Tentu akan sangat banyak orang yang akan tersinggung setelah membaca artikel ini dan menyadari bahwa ternyata diantara mereka ada yang termasuk dalam golongan orang yang akan tersinggung tetapi ada juga tidak merasa getar apa-apa karena tidak menyadarinya padahal mereka juga termasuk bagiannya.
Setelah selesai membaca dan menyadari ada yang tersenyum dan berkata, akulah orangnya dan ada juga diantara mereka merupakan bagian ini akan menghujat dan saya pastikan mungkin kalimat-kalimat ini akan keluar dari mulut mereka.
1. Saya penasaran dengan orang ini, siapa sih orang yang sudah berani menulis ini disini? saya ingin tahu orangnya. Mudah.... Tinggal klik profil untuk menemukan saya.
2. Kalau sampai saya tidak dapat job ketika ada gembala yang membaca ini tiba-tiba mulai pilah-pilah orang yang akan berkorbah di gereja penggembalaannya mulai menyeleksi pendeta-pendeta untuk diundang di gerejanya. Maka kelarlah hidup saya.
3. Persaingan sudah semakin ketat, dan ternyata dunia ini tidak selebar daun kelor sehingga dengan mudah mengekspos orang-orang di penjuru negeri ini termasuk jadwal tamu yang akan melayani dalam ibadah.
4. Ini sebuah kejahatan yang di rancang secara terstruktur, masif dan sistematiks.
5. Ada yang berfikir siapakah orang-orang yang dimaksud dengan tulisan ini?
Saya seorang jemaat yang sudah menulis artikel ini, dan ini merupakan bagian dari bentuk kepedulian saya terhadap pertumbuhan jemaat melalui makanan rohani yang sehat. Anggap saja saya sebagai pemerhati yang kritis terhadap sebuah perkara karena Tuhan mengaruniakan kepada saya mata yang tajam untuk melihat fenomena dan pemikiran karena saya dapat terlibat dalam membantu pelayanan di luar gereja dan saya ingin gereja bukan hanya bertambah dalam bilangan jumlah tetapi yang terpenting adalah kualitas iman dan pengurapan.
Kenapa saya menekankan supaya gembala memperhatikan kualitas Pengkhotbah yang akan diundang kegerejanya untuk melayani kotbah dan pelayanan-pelayanan lainnya? Entah kenapa saya sangat terkesima dengan amanat agung dan pelayanan Roh Kudus. Ini yang membuat saya masif sebagai pemerhati.
Saya pernah melayani digereja dimana sudah tertanam di sebuah gereja lokal. Kemudian saya undur dari pelayanan tersebut. Alasannya bukan karena saya kepahitan. Belum ada dalam kamus saya kepahitan dalam pelayanan. Bagi saya pelayanan itu adalah kerelaan dan kemurnian....
Kerelaan dan kemurnian hati harus ada setiap kali anda memutuskan melayani, sebab anda tidak sedang melayani manusia tetapi melayani Tuhan. Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kolose 3:23
Beberapa tahun pelayanan, tidak pernah mendapat sepeserpun uang dari gereja kala itu. Saya tahu waktu itu gereja sedang merangkak untuk bisa berdiri dan berjalan maju dan gereja butuh dana besar untuk biaya operasional.
Pelayanan tujuan utamanya bukan untuk menaikkan kehormatan sebagai seorang pelayan, kehormatan mah itu bonus ikut atau melayani Tuhan. Pelayanan bertindak dan bersikap sebagai hamba dan hamba tidak lebih besar dari Tuan yang mereka layani. Pelayanan dan memilih melayani adalah tanggungjawab karena sudah dipilih jadi anak-Nya. Mana ada anak meminta kehormatan dari babe nyak karena sudah melayani mereka? Kehormatan orang tua adalah kehormatan anak yang auto turun kepada anaknya. Begitu juga dengan melayani Tuhan, kerelaan dan kemurnian menjadi seorang pelayan Tuhan, sebab dengan memilih melayani Tuhan akan mendapatkan upah, kehormatan dan kemuliaan.
Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Matius 10:10
Tulisan Ini bukan sebuah trik untuk menjatuhkan dan menghadang sumber penghasilan seorang yang bergelar seorang pendeta atau pengkotbah apalagi berpikir mengusik kenyamanan mereka yang selama ini hidup di zona ini. Yah ngapain iya kan? Selama pengkotbah melayani dengan kerelaan dan kemurnian tanpa embel-embel yang lain, sebagai jemaat sangat mengapresiasi mereka yang ambil bagian dalam posisi ini. Tetapi begitu ada yang keluar dari jalur ini, ini yang kami peringatkan.
Tidak saja yang melayani didalam gereja, orang yang bekerja diluar gereja, kualitas menjadi bagian terpenting yang selalu di perhitungkan. Pelayanan bukanlah pekerjaan urusan perut dan kantong sehingga legal dalam melakukan segala hal sesuai kebutuhan kantong dan dilihat sebagai kegiatan yang bersifat kaleng-kaleng sehingga apa yang dibagi kepada jemaat sesuai dengan order atau enaknya di telinga pendengar. Ini perkara amanat agung dan kerajaan sorga bro, sis, nyonya dan tuan-tuan. Saya tidak tahu anda siapa tapi ini urusan jutaan jiwa jemaat yang merindukan hadirat Tuhan. Mereka-mereka mempercayakan hidupnya atas pelayanan anda-anda. Jangan ambil keuntungan dari situ.
Niat saya menulis ini supaya ada komitmen memperbaiki tujuan utama panggilan anda kalau memang benar-benar pelayanan itu bagi anda sebagai sebuah panggilan karena dorongan jiwa. Karena ada orang melayani bukan karena panggilan jiwa tetapi panggilan perut dan kantong. Masalah seperti ini sangat berbahaya dan teramat krusial, oleh karena itu setiap orang dapat mengambil sikap yang benar manakala mereka dipercayakan menggembalakan domba-domba. Bagaimanapun domba-domba tersebut harus diberikan makanan dari sumber mata air yang bening bukan mata air yang butek apalagi dari mata air yang penuh sampah.
Sebab banyak hamba-hamba yang menyebutkan dirinya hamba Tuhan tetapi tidak melayani seperti maunya Tuhan. Bertolak belakang dengan karakter yang diajarkan Tuhan Yesus dan menyimpang dari ajaran para Rasul. Mereka mengajar dari pelajaran ilmu teologi di universitas bukan dari ajaran Alkitab sehingga terpaku dari teologi dari dosen bukan dari Sang Pengajar yaitu Yesus Kristus yang adalah sumber pengetahuan..
Suatu ketika saya berdebat dengan seorang sarjana Teologi, saya lihat dari Polarisnya dia, dengan bangganya ia bawa-bawa embel-embel dibelakang namanya. Dia bilang begini: jangan jadi bodoh... Bodoh boleh tapi jangan malas belajar. Jawaban saya sederhana untuk mematikan argumen dia, saya jawab: iya, itulah kebodohan saya karena saya mempercayai Firman Tuhan. Saya lanjutkan lagi: Hamba tidak mengerti tentang hal kerajaan sorga karena hamba hanya memperhatikan urusan kantong dan perut tetapi murid tahu kehendak tuannya. Bukankah orang-orang seperti ini adalah hamba dan bukan murid? Awalnya perdebatan ini muncul karena dia tulis dalam postingannya "Kristen micin" Jemaat mengalami kepenuhan Roh Kudus dia sebut Kristen micin. Gubrak...., jadi panjanglah perdebatan dan ujungnya dia blokir saya dan teman saya karena berhasil membongkar kebodohannya dia yang bergelar STh tetapi tidak paham tentang firman Tuhan dan imannya. Ia hanya berbicara dari apa yang dia dapat dibangku kuliah bukan dari apa yang Alkitab ajarkan dan sampaikan.
Secara gelar okelah, tetapi soal pengetahuan tentang firman, wah saya ragu saudara. Bagaimana ia mengajar jemaat kalau hal yang paling sederhana ia tidak paham, terus hanya mengandalkan ilmu teologi? Apakah ilmu teologi cukup? Tidak...
Hubungan yang dalam sekali akan Tuhan yang mengajarkan kita kebenaran dan kehendak Tuhan dan dari sini kita paham akan kekristenan.
Maka hal pertama saat para gembala-gembala mengundang pengkotbah berkhotbah di gereja, carilah pendeta atau pelayanan yang punya kualitas "murid Tuhan." Jangan hamba....
Jika seorang gembala dalam memilih Pengkhotbah digerejanya berdasarkan popularitas atau karena legenda dipangkuannya menjadi pertimbangan untuk mengundang mereka, tanpa mereka sadari tindakan mengambil keputusan mengundang dengan acuan tersebut, sebenarnya mereka dengan sengaja mengeringkan serta menanduskan tanah mereka.
Entahlah, sebagai jemaat saya tidak terkesima dengan Pengkhotbah atau pelayanan yang tidak dengan pengurapan. Seberapa besarpun dia dahulu sebelum melayani tetapi begitu berdiri di mimbar ternyata tidak membawa urapan dan membuat suasana ibadah menjadi kering, saya tidak begitu responsif dengan orang itu. Jamaat yang haus akan Tuhan, jiwa mereka hanya dipuaskan dengan hadirat Tuhan. Tidak dengan euforia sorak-sorai karena idola mereka berdiri di mimbar membawakan kotbah atau lagu-lagu rohani.
Itulah yang terjadi beberapa hari yang lalu. Gambaran itu terlintas dipikiran saya. Bagi sebagian orang itu adalah biasa-biasa saja tetapi bagi saya itu masalah yang tidak boleh diabaikan.
Sehari sebelum tulisan ini terbit, saya menemukan sebuah postingan di sebuah akun Instagram yang berupa selebaran online-lah kalau saya menyebutnya atau bisa juga di katakan sejenis pengumuman. Di dalam pengumuman itu disebutkan "Sunday service" Pentakosta. Pentakosta sendiri berbicara Pencurahan Roh Kudus karena berhubung baru beberapa Minggu melewati hari Pencurahan Roh Kudus jadi tema masih marak digunakan. Bathin saya seperti menolak, karena menurut saya tidak pas suasananya karena sehari sebelumnya juga saya sempat menemukan sebuah postingan di Facebook yang tag namanya pendeta ini sedang bersama berada dalam sebuah mirip kafe.
Bagi saya seorang pendeta itu harus menjaga diri dari tempat-tempat demikian. Karena menurut saya, kenapa pendeta harus berada ditempat demikian? Kan banyak tempat bermartabat yang bisa dijadikan tempat menghabiskan waktu. Atau tidakkah lebih baik berada di kamar untuk belajar dari pada di tempat begituan? Kena lakonnya di dua tempat yang berbeda yang menurut saya sangat berseberangan, tidak menunjukkan identitas seorang pendeta apalagi gembala. Terus terang hati saya tidak terima. Entah menurut pembaca itu layak atau tidak?
Perbuatan dan perilaku tercermin dari siapa teman kita dan dimana kita berada. Bukan begitu saudara? Apalah arti sebuah jabatan penting dan terhormat jika tidak bisa menentukan sikap harus bersama siapa dan dimana dan apa yang dilakukan di suatu tempat?
Tips kedua mengundang tamu pengkotbah di gereja anda adalah kenali pengkotbahnya dan kehidupan keseharianya.
Saya teringat suatu waktu ada tamu yang di undang dari pulau Jawa berkotbah di Palembang. Saya ingat dan amat melekat dihati saya pengajaran yang diberikan kepada jemaat saat itu. Ingat betul dan sangat hapal wajah pendeta ini, pengajarannya selalu berkaitan dengan "seminar akhir jaman" kalau mau cari pengajarannya banyak berseliweran di YouTube.
Dia begitu fasih kelihatannya dengan pengajaran" akhir zaman" tetapi saya menolak mendengar kotbah pendeta ini begitu dia kebablasan tentang akhir zaman. Saya ingat persis dia buat hitung-hitungan bahwa tahun sekian Tuhan akan datang. Bagi saya ini fatal.
Bagi orang yang tidak membaca Alkitabnya akan mengangguk-anggukkan kepalanya tanda setuju dan mempercayainya. Dia siapa berani menentukan tahun sekian bulan sekian Tuhan akan datang? Yoo oww amazing sekali pendeta melampaui Tuhan dan menyesatkan jemaat ? Yesus sendiri berkata " Anakpun tidak tahu hari kesudahannya.
Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa saja." Markus 13:32
Sejak saat itu, saya tidak tertarik dengan beliau bahkan pada saat dia diundang di tahun yang berbeda jauh setelah kotbah menyesatkan itu, saya tidak ke gereja lho saudara. Kapok saya dengan kotbah yang mengangkangi firman Tuhan. Saya tidak tahu apa kotbahnya saat dia diundang lagi, apa sudah berubah haluan atau masih tetap seminar akhir zamannya. Dia tidak menjaga kemurnian ajarannya, malah sebaliknya ia menyuapi jemaat dengan racun. Menyedihkan.
Saya lebih baik dengar kotbah yang pas-pasan dari pada mendengar pengkhotbah tersohor tapi menyesatkan. Bagi saya Injil adalah ajaran murni yang kalau sedikit menyimpang sangat berbahaya. Tidak perlu mereka-reka perkataan untuk menarik decak kagum pendengar. Bagaimana pun bodohnya orang tetapi kalau firman Tuhan yang diajarkan dengan kemurnian lebih mulia dan bermanfaat karena walaupun pendetanya tidak mampu memberikan inti sarinya dengan baik, tetapi firman itu sanggup berkata-kata sendiri didalam hati pendengarnya sehingga tanpa diduga intinya lebih dapat dan pure. Lebih dari sempurna memberi kesimpulan.
Tips ketiga gembala memilih Pengkhotbah dari luar adalah yang mengajarkan Injil dengan penuh kemurnian jangan efek embel-embel memuaskan telinga saja.
Saya pernah beribadah di sebuah gereja lokal di kota Bengkulu. Pertama kali ibadah disana dan kebenaran satu aliran dengan tempat saya ibadah bahkan satu naungan. Kharismatik. Saya tidak mau bicara tentang gereja yang bukan kharismatik, karena saya sudah lama meninggalkannya. Saya fokus dengan satu atap. Cie...cie...😁😁😁😁😁
Maksudnya supaya makin berkualitas dan melahirkan "murid" bukan "hamba." Sebab puluhan ribu orang akan lahir dari gereja ini, dan beberapa "generasi" akan keluar. Kalau tidak dididik dengan kemurnian dan kerelaan mau jadi apa, coba?
Salah satu yang mempengaruhi pertumbuhan jemaat adalah firman Tuhan dan pengurapan Roh Kudus. Maka dari itu tolong para pendeta-pendeta dan pelayan yang melayani di ladang Tuhan, pahami kedua hal ini, pengurapan dan firman. Kedua hal inilah yang bersinergi untuk pertumbuhan gereja. Saat kotbah jangan miskin firman dan jangan abaikan pengurapan. Kalau anda mau pelayanan anda di berkati upayakan kaya firman dan penuh Roh Kudus.
Itu tadi saya katakan carilah pengkotbah yang tahu bobot, bibit pelayanan kotbahnya, mulai dari latar belakang kehidupannya, sampai pergaulannya saat berada di luar gereja. Jangan gunakan azas manfaat kepopuleran dan kelegendaan, itu tidak akan berdampak baik bagi pertumbuhan jemaat apabila ia bukan seorang yang di urapi dan penuh Roh Kudus serta firman.
Saat saya masuk ibadah di gereja tersebut, sama seperti beberapa ibadah yang pernah saya kunjungi. Saya berpikir karena dalam naungan yang sama pasti sama. Yah... Kalau kita masuk dalam gereja hal yang harus kita upayakan adalah usahakan masuk dalam hadirat Tuhan betapapun anda merasakan keringnya ibadah itu. Kerinduanmu bertemu Tuhan karena lapar dan haus akan hadirat Tuhan, maka Tuhan akan memuaskan hasratmu di tanah yang kering.
Tahan komentar yang ada dalam hatimu saat itu anda alami dalam ibadah. Memang saat terasa kering, sulit berdoa dan menyembah. Yang ada saling mengencangkan suara supaya terdengar merdunya suara kita, pernah mengalaminya? Saya pernah 😆😆😆😆. Tetaplah berikan penyembahan terbaik karena anda bukan dipengaruhi oleh cara penyembahan orang lain melainkan ketetapan hatimulah yang menarik hadirat Tuhan menjamah hidupmu. Itu posisi yang harus anda miliki dan pertahankan sebagai jemaat. Jangan letakkan pola penyembahanmu berdasarkan perasaanmu atau cara orang lain menyembah dengan 100 persen. Letakkan pola penyembahanmu dengan cara yang berkenan dihati Tuhan. Biar Tuhan yang melihat. Kalau anda dewasa rohani, kekeringan tidak mempengaruhi untuk tetap menyembah dan memuji sekalipun leader tidak penuh urapan.
Tips keempat untuk memilih tamu pengkotbah adalah penuh urapan Roh Kudus
Saat sesi kotbah, kadang semangat kita berkobar menyambut pendeta yang naik ke mimbar. Apalagi baru pertama kali ibadah di tempat itu atau baru pertama kali pendeta itu melayani di gereja kita. Begitu dia kotbah yang keluar hanya kata-kata ejaan semata yang berupa cerita, disitu kita sedih tenyata pendetanya miskin firman. Jiahhhhh.... .makan apa ini?
Itu baru yang miskin firman, gimana lagi ditambah kehidupannya diluar gereja yang dalam pergaulannya orang-orang yang gimana gitu? Ganda mirisnya. Tambah miskin tuh jemaatnya.
Itu sebabnya dulu mundur dari pelayanan. Bagi saya pelayanan itu adalah kemurnian. Saya melihat diri saya saat berada di atas mimbar ada motivasi yang salah. Saya belum layak ternyata berdiri di depan ratusan jemaat kala itu. Bahkan sampai saat ini, saya tidak tertarik di pelayanan mimbar sebelum saya bisa menguasai diri. Malah yang saya incar waktu itu adalah pelayanan doa yang tempatnya tersembunyi berada di belakang layar. Dan sebaiknya memang begitu. Kalau belum memiliki kemurnian dan kerelaan, belajar dulu sana. Jangan gara-gara kita, terhalang orang untuk masuk....minggir dulu sana sebab banyak yang lebih kredibel.
Saya lebih nyaman berada dibelakang layar dimana mata orang tidak akan tertuju pada saya. Wahai, teman-teman pendoa, kita adalah sama dalam hal passion, tetapi bagi kita yang berada di belakang layar, kita bertugas sebagai penopang. Anda adalah pendoa yang mulia. Walaupun tetap pelayanan itu tidak saya ambil karena saya memilih bekerja di kantoran tetapi saya melihat ada kesempatan dan cara lain untuk melayani yang bagi orang tidak masuk hitungan.
Media sosial menawarkan saya menjadi pemerhati. Disini saya memberikan hati saya sepenuhnya untuk orang-orang walau hanya menjawab masalah sederhana. Saya suka menjawab pertanyaan dan komentar orang dimedia sosial. Saya tahu cara ini tidak menghasilkan dampak besar bagi siapa-siapa. Tetapi kesempatan menjawab pertanyaan orang di kolom komentar itu membuat saya berkobar-kobar dan dari pengalaman inilah saya tahu banyak tentang kehidupan kekristenan dan iman Kristen.
Waktu terjun disini, saya sempat marah kepada pendeta-pendeta bahkan berniat mengajukan pertanyaan. Mengapa hamba-hamba Tuhan ini tidak mengajarkan azas-azas pokok keimanan kekristenan kepada mereka? Sedangkan mereka bukanlah orang - orang yang baru masuk Kristen?. Namun kemudian saya sadar dan mengurungkan niat tersebut, mungkin 100 persen bukan salah pendeta tetapi bukan juga 100 persen salah jemaat. Mengingat banyaknya pendeta yang kapabilitas dan kredibilitasnya perlu dipertanyakan demikian juga jemaat kualitas pemahaman perlu dipertanyakan. Atau sama-sama belum menggali dengan serius Firman Tuhan. Siapa tahu kan?. Karena mungkin termasuk anda yang pernah bilang: aku tidak terlalu banyak tahu tentang Alkitab atau iman Kristen. Bertobat sodara.
Karena banyaknya jemaat yang tidak mengerti imannya begitu mereka diajukan pertanyaan seputar imannya. Saya pikir ini bahaya. Bagaimana jemaat dapat berdiri teguh jika suatu hari datang pertanyaan yang menanyakan seputar imannya? Bagaimana orang itu akan membela imannya supaya dia tidak jatuh kepada ujian iman itu? Waktu kita tidak punya jawaban atas sebuah pertanyaan, ada dua kemungkinan yaitu meragukan iman itu atau mencari dan menggali lebih keras lagi. Jika hal itu di perhadapkan kepadamu pilihlah yang kedua yaitu menggali lebih keras lagi. Menurutku inilah bahaya kalau jarang baca Alkitab dan apabila tidak dijejali dengan makanan yang sehat, tidak diisi dengan firman Tuhan. Bagaimana mereka berdiri teguh dalam iman dan pengharapannya saat mereka diserang dengan pertanyaan yang membabi buta dan tidak dapat menjawabnya? Disinilah mereka mulai goyah dan meragukan imannya. Masuklah ajaran lain yang bukan dari Injil yang murni, merekapun bagai perahu yang sedang diombang-ambingkan oleh ajaran yang berbeda dari Injil. Firman adalah senjata peperangan yang sanggup menghancurkan kuasa iblis yang menjelma di dalam diri manusia. Baik lewat pertanyaan yang menggoyahkan maupun tipu daya dan daya tarik mereka.
Bagaimana ini tidak terjadi? Weleh.... Pengkhotbahnya saja miskin firman. Itulah yang saya alami ketika berada di Bengkulu. Pengkotbahnya cuma kasih satu firman. Bagi saya ini suatu yang aneh sebab saya biasanya di gereja bernaung, firman itu banyak sekali dijejali. Tiba ketemu kotbah yang miskin firman serasa lapar, makan tapi tak berasa di perut.
Firman adalah gizi terbaik buat rohani. Kalau tidak dikasih gizinya auto kerempeng dong! Namanya leader, pemimpin, gembala, kalau selama 45 menit kotbah... firman-nya cuma satu ayat,.. kebayang kan?Jemaatnya hanya diam melongo sambil mangap dengarin pengkotbah cerita. Diajak donk jemaatnya buka Alkitab sama-sama dan kasih dia firman sebanyak-banyaknya biar imannya tidak kurus. Masak jemaat dianggurin gitu gak disuruh buka kitab dan baca. Pikirin juga dong jemaat udah semangat 45 berangkat ke gereja bawa Alkitabnya, terus pas kotbah dianggurin. Kurus, gampang sekali di tiup angin dan langsung ambruk. Dapat pacar beda agama, suruh masuk agama pacar langsung iya, karena tidak ada dasar yang kuat bagi imannya.
Lebih mirisnya, akibat tidak tahu tentang TUHAN-nya, lalu menganggap TUHAN-nya sama dengan tuhan sebelah hanya caranya saja yang berbeda. Kan aneh? Wajar masih ada yang gampang murtad karena menganggap TUHANnya sama dengan tuhan seberang. Dan itu disebabkan karena jemaat tidak suka baca Alkitab, tidak suka belajar dan dapat pula pendeta yang miskin firman. Jadi klop lah penderitaan.
Tips kelima untuk memilih tamu pengkotbah adalah yang penuh firman alias jangan yang miskin firman
Saya tidak kenal orang yang mustad dari Kristen di luar sana, tetapi saya kadang sedih bila itu terjadi dari pihak Kristen dengan menyeberang. Seandainya mereka paham imannya saya yakin tidak akan melakukan itu. Tetapi disisi lain, saya ingat perkataan Yesus: Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku." Yohanes 10:18.
Post a Comment for "Tips Memilih Pembicara Atau Pengkhotbah Dalam Kebaktian Gereja"