Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ketika Hidupku kembali ke Terendah Titik Nol.

Yesus Mengangkat


Ada sebuah artikel yang saya tulis disini yang sangat berkesan untuk saya pribadi. Bukan karena bagusnya tulisan itu, melainkan makna yang tersirat dalam tulisan tersebut. Anda bisa buka linknya dengan Judul Panggil saja sampah, karena aku bukan permata atau mutiara. Dari judulnya sangat monohok, sebuah penekanan yang mengisyaratkan sebuah kenyataan yang menyakitkan. Itulah dasar dari tulisan ini hadir. Keadaan bisa saja memaksa seseorang berada kembali ke titik nol, titik terendah dalam hidupnya. Begitu juga yang terjadi saat itu, untungnya sudah lewat namun dampaknya masih terasa sampai kini.


Pengalaman kembali ketitik terendah membuat saya belajar mengenal diriku dihadapan Tuhan. Dengan begitu tidak ada alasan untuk bermegah apalagi sombong. Kalau ingat saat itu, disamping miris tapi ada rasa syukur juga. Mirisnya, sampai segitunya saya ditempa. Sakit lho kalau ingat. Teriris - tesayat-sayat bathin saya. Tapi apa boleh buat bukan kehendak saya, walaupun karena saya yang melakukan.


Kalau doa, tiba-tiba ingat kondisi itu, hatiku meleleh, nangis sodara. Jadi, kalau mau sesuatu yang mungkin untuk membanggakan diri, tidak bisa. Langsung mentok, seolah dipertontonkan hidup saya kala itu yang lebih buruk dari sampah . Kadang saya berpikir, apakah buah akibat dari kesombongan dan keegoan? Bisa jadi dan bisa juga tidak, sebab sampai sekarang saya tidak tahu penyebab pastinya


Namun, sebelum kejadian itu, saya punya gengsi yang tinggi lho. Udah gak punya apa-apa tetap aja gengsi. Menurut kalian itu dosa besar atau kecil? Yah,  namanya dosa tetap aja dosa. Blazzz,.. akhirnya tengkurap tiarap sampai titik terendah malah bisa dibilang minus.... Saking...,saking.... mirisnya....

Semua realita jasmani kita berasal dari rohaninya. Jadi, jika rohaninya sepadan dengan Kristus maka jasmaninya dijamin deh aman. Tapi jangan dibalik.

Kita boleh dibilang Kristen, tapi tidak selamanya sejalan dengan kemauan Tuhan. Atau bisa saja saat itu saya hanya seorang farisi berdarah Batak, siapa tahu bukan😂😂? Bisa juga karena Tuhan mempercayakan saya jadi IKON penderitaan supaya ada pengalaman buat kalian yang hidup lebih baik, lebih mapan tetapi merasa paling menderita. Hidupnya tidak pernah di usir dan dihakimi tetapi merasa teraniaya🤩🤩🤩...


Saya punya pengalaman yang pahit menjadi seorang Kristen. Tapi tidak membuat saya minder jadi orang Kristen. Atau patah arang lalu bilang, Tuhan jahat, tidak adil. Ada makna dalam setiap penderitaan. Catat.
Makanya kalau lagi menderita, yang lagi di uji, baik-baik saja jangan berontak dan jangan salahkan Tuhan. Cek diri anda, mungkin banyak virusnya termasuk virus Corona.
Kata Alkitab kalau belum menderita belum Kristen sejati. Kristen harus menderita supaya penderitaan anda menggenapkan penderitaan Kristus. Bersyukurlah nantikan pasti ada maknanya.

Kolose 1:24
Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat.


Kalau boleh sombong, saya juga banyak menderita. Akh... Menderita ajaa Lo sombongin, situ waras??? 🤪🤪
Paulus bilang kalau menderita harus bersyukur walaupun kita sadar bukan karena kesalahan, supaya orang lain bisa dikuatkan, sebab anda menderita karena Kristus. Penderitaan dalam Kristus membuahkan kesabaran, ketaatan, kesetiaan dan pengendalian diri.


Bayangin saya pernah dihakimi sesat bahkan diusir. Padahal saya tidak pernah menyesatkan orang, tidak pernah murtad, pegangan saya satu-satunya kitab suci cetak adalah Alkitab cetakan Lembaga Alkitab Indonesia yang di singkat LAI (dulu belum ada Alkitab elektronik). Ada yang berani bilang Alkitab LAI sesat? Gue tatar Lo. Tapi buktinya saia tetap dihakimi sesaaaat... Saya menyembah satu nama yang di Tulis di Alkitab yang beredar luas, cetakan Lai, yaitu Yesus Kristus...Immanuel, Raja damai, Alpa dan Omega. Raja segala raja, apalagi biar lengkap. Malah saya dibilang sesat.


Sampai sekarang, cap itu masih menempel, tapi di otak mereka yang bilang sesat bukan di dahi dan ditangan saya. Karena di dahi dan tangan dan seluruh hidup saya adalah materai Roh Kudus. Tuhan mengenal umat kepunyaanNya.



2 Timotius 2:19
Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: "Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya" dan "Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan."



Kalaupun saya harus berada di titik terendah saat itu saya sebagai manusia tetap sadar bahwa ada juga kedagingan saya, karena saya sebagai manusia tetap berdosa. Alangkah naifnya kalau saya bilang kalau bukan karena dosa saya harus mengalami itu tapi dibalik itu, kini saya sadari bahwa ada maksud Tuhan yang lebih besar sehingga harus mengalami dan harus ada pada situasi itu.


Saya juga pernah menulis judul: Makna penderitaan, suatu saat kamu pasti mengerti.  Kalau kita sadar bukan karena kesalahan kita, atau juga karena kesalahan, bersabarlah! Tuhan akan tunjukkan maknanya. Jangan buru-buru meninggalkan Tuhan.

Saya paling menderita bukan saat saya di benci karena doktrin lalu diusir karena dihakimi sesat. Saya paling menderita bukan pada saat dikutuki. Tapi saya paling menderita pada saat saya melihat diri saya lebih buruk dari sampah. Anehnya, saya lihat itu pada saat lagi asyik berdoa. Bukan karena perkataan orang yang bilang saya sampah, dan memang orang tidak pernah berkata demikian pada saya. Tapi, harus Tuhan tunjukkan diri saya lebih buruk dari sampah. Saya meraung saat itu sodara. Kemelaratan saya memperlihatkan bahwa saya lebih buruk dari sampah. Tapi, anehnya, Paulus menuliskan hal yang sama sodara. Artinya saya tidak sendirian 🤗🤗🤗. Saat saya temukan ayat ini setelah tulisan terbit, ternyata pengalaman ini ada ditulis di Alkitab, saya jadi percaya diri.

1 Korintus 4:13
kalau kami difitnah, kami tetap menjawab dengan ramah; kami telah menjadi sama dengan sampah dunia, sama dengan kotoran dari segala sesuatu, sampai pada saat ini. 

Tapi ada bedanya, Paulus sama seperti sampah ketika dia dimaki, dicaci dan difitnah. Kalau saya lebih buruk dari sampah ketika hidup saya melarat.

Apakah Tuhan biarkan lalu Ia tinggalkan saya terus menjadi seperti sampah? Tidak. Dia biarkan saya melihat diri saya lebih buruk dari sampah supaya saya bisa melihat bahwa hanya Dia (Yesus) yang tersisa dalam hidup saya. Rupanya, Tuhan mendidik dan mengajar saya supaya fokus kepada YANG TERSISA.


Puji Tuhan, pengalaman itu menyadarkan saya setiap kali harus membuang keegoan dan keakuan saya. Saya harus lebih sering tersungkur di kaki Tuhan dalam penyembahan. Setiap ingat saya pernah lebih buruk dari sampah, lalu dengan hati yang hancur saya meletakkan wajahku sejajar dengan kakiku.


Dibalik dari semua itu, saya tahu Tuhan tidak sedang menghukum saya. Dia mengenal saya sebagai milik kepunyaanNya itu alasannya mengajar saya. Saya percaya Dia lakukan itu untuk mempersiapkan saya untuk sebuah bejana bagi-Nya.

Saya, punya catatan hidup yang tidak pernah saya tulis dalam buku dan diary manapun. Tapi, Tuhan menuliskannya dan memberitahukannya lagi pada saya. Selama ini saya tidak menganggap ini sesuatu yang penting. Karena menurut saya tidak ada dampak dan impact sama sekali. Memang, bukan sebuah keisengan dan bukan pula prioritas. Namun saya sebagai Kristen yang mencintai Tuhan Yesus, saya punya tanggung jawab terhadap pelayanan.


Saya pikir perlu saya tulis disini, karena belum pernah saya singgung dimana-mana, berhubung baru saja saya diingatkan oleh Roh Kudus. Bisa saja menjadi seperti catatan perjalanan hidup.


Jadi ceritanya begini:

Tahun 2000an, saya terdampar ke sebuah lokasi terpencil. Disana tidak ada gereja. Kami sampai kesana waktu itu hanya urusan kerja disebuah perusahaan plywood. Bekerja selama 2 tahun sungguh tidak membuat saya betah. Setiap hari Minggu kami mengadakan kebaktian oikuimene disana. Beberapa karyawan yang beragama Kristen hadir dalam kebaktian tersebut.

Saya sering dipercaya untuk membagikan firman Tuhan walaupun hanya apa adanya. Maklum, saya bukan sekolah pelayanan apalagi sekolah teologi. Tapi, yang namanya pelayanan harus dilakoni dengan ketulusan dan kerelaan.

Jauh sebelum kebaktian berlangsung saya persiapkan diri saya, saya takut sodara dengan Tuhan. Saya kayak pengkotbah profesional saja, hahahaha...
Tapi realitanya seperti itu. Saya juga bingung apa yang saya sampaikan jadi berkat atau apa. Yang jelas baik dalam bagi firman dan doa saya selalu berapi-api.

Kejadiannya di awal tahun 2000 an sodara, lama sekali. Tapi Tuhan ingat betul dengan semua itu. Dia flashback lagi kejadian berapa puluh tahun lalu bahkan disaat saya sudah melupakannya. Saya tidak melihat ini suatu kejayaan. Yang saya lihat, bahwa Tuhan mencatat semua yang pernah kita lakukan sekalipun bagi kita hal itu sangat sepele dan tidak bernilai. Saya kasih tambahan: Tuhan tidak mengingat-ingat kesalahan kita dimasa lalu, yang Tuhan ingat, dan ingatkan kepada kita apa yang kita perbuat untuk Dia dimasa lampau.



Ibrani 10:17
dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka."

Sungguh Yesus adalah Tuhan yang mulia. Dia layak dipercaya. Dia perhitungkan segala apa yang kita perbuat dimasa lampau supaya ternyata bahwa Dia yang benar dan tidak ada yang lain.



Yesus Menyelamatkan dari bayang-Bayang kematian.


Ditempat dimana saya pernah melayani pemberitaan Injil, disitu pula saya mengalami bayang-bayang Kematian. Namanya perusahaan plywood, sebagai sarana peraiaran dari mulai nyuci, mandi sampai kakus semua bergantung ke sungai.


Ditempat dimana kami mck, di situ juga terdapat kayu-kayu besar sebagai komoditas perusahaan. Kayu tertambat dari ujung sana sampai ujung sini. Panjang sekali.

Suatu waktu, pulang dari kerja, saya bersama orang-orang bedeng pergi ke sungai untuk mandi dan nyuci. Biasanya kalau pulang kerja orang tumpah ruah pergi ke sungai untuk membersihkan diri. Debit air sedang pasang saat itu jadi asyiklah buat mandi. Karena air sedang naik, dan kayu-kayu besar sangat dekat kepemandian kami, dengan lincah kaki saya meloncat dari papan pemandian ke atas balok-balok yang berjejer tidak jauh dari tempat kami mandi, hanya berjarak 1-1,5 meter. Alhasil kaki saya tidak sampai mencapai balok-balok tersebut lalu cemplung ke sungai. Saya yang tidak bisa berenang akhirnya berhasil masuk kebawah kayu tersebut dan tenggelam. Dalam hati saya berkata: sudahlah saya akan mati disini. Saya kan tidak bisa berenang. Saya lupa apakah saya panggil Yesus saat kejadian itu. Tapi yang saya ingat: saya akan mati disitu. Sambil berusaha berenang tiba-tiba tangan saya menjangkau kayu besar itu dan berhasil bergelantung. Bayangin tidak bisa berenang. Tapi tiba-tiba bisa sampai menjangkau kayu tersebut. Kalau saya berpikir, karena saya loncat harusnya saya masuk ke dasar sungai, tapi saya berhasil memeluk kayu tersebut. Saya tahu tangan Tuhan lah yang menahan saya tetap dipermukaan sampai bisa meraih kayu tersebut dan menyelamatkan saya.

Roma 8:35, 39 (TB)  Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?
atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.



Jadi, tidak ada sebenarnya alasan buat kecewa pada Tuhan. Saya tidak pernah menyesal telah mengikuti dia sejak jadi orang Kristen walaupun banyak penderitaan saya hadapi bahkan sampai meletakkan saya dititik terendah dalam hidup saya dan lebih tragis saat berada dalam bayang-bayang Kematian sekalipun.
Justru saat saya menjadi kosong Dia semakin nyata. Dia membuat saya semakin mengenal Dia.


Setelah melewati masa masa menyakitkan itu, Tuhan membawa saya dalam penyembahan yang lebih dalam. Yang lebih membuat saya semakin bangga pada Dia:

Suatu malam dalam longlongan panjang, Saya hendak membaringkan tubuh saya. Dengan tidur telentang saya melipat kedua tangan saya di atas dada. Dalam malam yang gelap, itu, Saya berkata: Aku serahkan hidupku Tuhan kepada-Mu. Dezzzzzz... Pertama kali dalam hidup saya Tidak takut pada Kematian, Kalau saya mati, dengan keyakinan penuh sampainya kepada Bapa di surga yaitu Yesus Kristus. Tuhan memberi iman itu seketika yang membuat saya percaya kalau mati hari itu, pastinya masuk sorga. Tuhan memberikan Alamat yang Benar, lengkap dan Tepat pada kita supaya tidak seorang pun binasa karena salah jalan dan kesasar. Kita tidak salah Alamat karena sudah menemukan Yesus, Peganglah Dia erat-erat

Suatu kali Thomas berkata:  "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?" Yohanes 14:5,
Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Yohanes 14:6.


Jangan pernah lari dari Tuhan ketika masalah menghadang dan menghentikan langkahmu, teruslah berjalan, tetaplah kerjakan keselamatan anda dan teruslah berdoa, bangun altar (penyembahan) karena Tuhan sangat menikmati penyembahan kita. Tuhan mencari penyembah yang menyembah Dia dalam Roh dan kebenaran.




Post a Comment for "Ketika Hidupku kembali ke Terendah Titik Nol."