Berkat Tuhanlah Yang Menjadikan Kaya, Susah Payah Tidak akan Menambahinya
Ada masa dimana manusia berpikir untuk bekerja lebih keras demi mencari rezeki terutama bagi kalangan yang merasa dirinya terdesak. Kalau-kalau dalam upaya tersebut ada nilai tambah melebihi dari yang orang lain dapatkan. Namun dalam kitab amsal dikatakan: Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya. Kutipan ayat Alkitab ini menjadi inspirasi kami kali ini dalam menyikapi titik tolak perjalanan manusia dalam mencari rejeki atau mencari berkat Tuhan.
Saya sengaja memberikan telinga untuk mendengar kesaksian teman yang dedikasinya sangat besar bagi perusahaan dimana ia bekerja. Entah sebuah ucapan untuk mendapat pengakuan, saya tidak tahu. Tapi anggaplah itu sebuah kebenaran.
Sebentar lagi tempat kami mengais rezeki akan segera the end. Tak dapat dipungkiri kesibukan terlihat dimana-mana untuk membereskan semua pekerjaan supaya closing berjalan mulus. Paling tidak, harapan kami, hak-hak kami tidak tersandera dengan alasan pekerjaan tidak selesai. Seperti kami tahu, betapa sulitnya keadaan dilihat dari apa yang bisa kami lihat, walaupun sebenarnya kenyataan tidak sesulit yang sering diproklamirkan pada kami supaya tidak banyak berharap apalagi menuntut. Itu hal biasa sebagai strategi perusahaan untuk mangkir dari tanggung jawab.
Ditengah situasi menjelang closing, teman saya bercerita tentang apa yang dilakukan dirumah. Katanya, untuk mengejar semua kerjaan biar beres pada hari H, ia merelakan hampir semua jam tidurnya untuk mengerjakan semua pekerjaan agar tutup sampai tuntas.
Disamping itu, dihari-hari biasa ia datang lebih awal dan kadang pulang lebih lama. Keseharian dia selalu terlihat lebih sibuk dari yang lain.
Di satu sisi, ia pantas diberi penghargaan karena ia sudah berdedikasi buat perusahaan dengan sukarela memberikan hampir semua waktunya bagi perusahaan. Barangkali ada yang bertanya: dia dibayar berapa?
Hehe... Kalau ditanya dibayar berapa saya hanya bisa tertawa mesem. Saya teringat sebuah ayat Alkitab yang pernah jadi kutipan bagi diri saya sendiri ketika saya berbicara dan berpikir tentang dedikasi ini.
Mazmur 119:98
Perintah-Mu membuat aku lebih bijaksana dari pada musuh-musuhku, sebab selama-lamanya itu ada padaku.
Tiap kali kutipan ini saya baca serasa ada rasa kagum yang tidak terkira didalam hati saya. Firman-firman yang saya baca mengajarkan saya tentang bagaimana menjalankan hidup tak terkecuali dalam hal pengelolaan waktu.
Terus terang, saya tidak bisa seperti orang itu. Menurut hemat saya, setiap dari kita punya aturan dalam kontrak kerja. Diatur dalam aturan yang baik. Oleh karena bagi saya "waktu adalah uang." Saya tidak membiasakan diri memberikan waktu saya sepenuhnya bagi perusahaan yang notabenenya adalah masuk dalam daftar orang kaya namun tidak memperhitungkan waktu yang diberikan sebagai bagian dari apresiasinya.
Disinilah letak kesalahan yang kadang tidak disadari oleh seorang pekerja. Logisnya bagi saya, setiap hitungan ada rumusnya. Saya dibayar misalnya dari jam 8 sampai jam 5. Iya saya harus closing di jam itu. Sesekali molor dikit tidak apa-apa. Bahkan kalau diakhir bulan pun saya molor sampai berjam-jam.! Itulah dedikasi saya. Saya iklaskan sekalipun tidak menerima tambahan gaji.
Ada alasan tidak bersedia untuk memberikan waktu lebih dari itu:
1. Daripada saya sukarelakan waktu saya yang berharga sedangkan saya tidak dihargai, lebih baik saya gunakan waktu saya yang tersisa untuk hal-hal yang membangun diri saya. Masih banyak pekerjaan yang bisa saya kerjakan di luar kesibukan jam kantor saya.
Saya tidak suka pamer diri saya bukan orang sibuk padahal banyak tugas-tugas saya yang bertujuan untuk pengembangan diri saya yang masih perlu perhatian serius.
2. Kalau sudah saya tahu pengusaha itu pelit dalam hal memberi, tentu saja saya tidak mau lama-lama berkutat dalam hanya bidang pekerjaan itu saja. Saya akan belajar mengepakkan sayap mencari peruntungan di bidang yang lain sehingga waktu saya, saya cukupkan sesuai aturan kerja saja.
Kita hidup didunia kalau tidak diatur oleh hukum pasti akal sehat yang akan mengajari. Kita hidup, tidak hidup tanpa haluan. Begitu juga dengan saat bekerja. Ada aturan yang mengatur jam kerja yang ditetapkan oleh perusahaan. Aturan inilah yang harus dijalankan.
3. Saya bukan orang type cari muka. Saya bekerja sesuai aturan, tidak muluk-muluk saya kerja cari uang bukan cari muka.
4. Saya dipekerjakan pada saat kondisi tubuh sehat. Jika saya sakit, saya pun akan disuruh mengundurkan diri dan itu tanpa pesangon dan embel-embel lainnya.
Bekerja keras itu harus! Tetapi bekerja keras saja tidak cukup tanpa disertai kecerdasan.
Berpikir logislah dalam melakukan segala sesuatu supaya dapat manfaat lebih dari sana.
Selama bertahun-tahun saya bekerja, sangat jarang sekali membawa pekerjaan kantor kerumah. Saya harus cerdas mengelola waktu saya. Waktu dikantor, bekerjalah dengan baik selama dikantor sehingga tidak perlu membawa pekerjaan kantor masuk kedalam rumah. Filosofinya sudah berbeda. Di rumah harus sudah yang lain yang dikerjakan.
Soal pendapataan?
Apa bedanya orang yang bawa pekerjaan kantor sampai kerumah dengan orang yang bekerja hanya selama dikantor saja?
Tidak ada!
Gaji sudah ditentukan sebelumnya. Toh juga tidak mengalami peningkatan gaji padahal dilihat dari segi waktu, seharusnya orang yang datang lebih pagi pulang lebih lama dapatnya lebih besar sebagai bentuk apresiasi pengusaha kepada karyawan.
Padahal mungkin karyawan berharap mendapatkan perhatian dari pengusaha, waktunya dihargai. Tidak juga.
Tiba saatnya nego uang penghargaan
Menjelang perusahaan the end, karyawan tadi sepertinya bekerja lebih keras lagi. Mungkin berharap, pada saat nego, ia bisa dapatkan lebih banyak lagi. Saya melihat, dialah orang paling sibuk diantara semua karyawan. Sepertinya dia mau menonjolkan diri siapa tahu dalam kesempatan terakhir dia dikasih lebih melebihi orang-orang yang ada disitu.
Saya melihat juga pembelaan kepada perusahaan yang luar biasa sampai-sampai malam pun menurut dari penuturannya tidak tidur 👋👋
Paginya ia tidak kekantor karena alasannya fokus menyelesaikan kerjaan tersebut. Dia beralasan "kasihan perusahaan kalau kita tidak ada, siapa yang mengerjakannya.
Ini alasan paling konyol dalam sejarah peradaban perpekerjaan umat manusia. Yang harus dikasihani adalah dirinya karena sudah menyiksa dirinya menahan kantuk buat perusahaan yang tidak menghargai dirinya.
Jikalau orang yang menghabiskan waktu kepada pengusaha ini berkesempatan untuk kecewa maka dialah orangnya yang paling kecewa. Maka dari itu, apapun yang dikerjakan jangan berlebihan. Ada standar waktu yang ditentukan untuk mengerjakan sebuah pekerjaan karena sekeras apapun anda bekerja, dan sesusah payah apapun anda mencari peruntungan, anda sudah punya porsi dari apa yang harus anda dapat.
Saya pernah membaca tulisan, isinya begini: jika karena kerja keras membuat seseorang menjadi kaya, maka tukang kuli bangunanlah yang paling berkesempatan untuk menjadi kaya.
Jika karena pintar membuat orang menjadi kaya, maka Professor atau gurulah yang berpeluang menjadi kaya.
Kenyataannya tidak selalu demikian, melainkan berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya. Nah, loh...
Artinya jangan maksa sekali untuk mendapat penghargaan. Cukup anda cerdas dalam bidang apapun anda bekerja. Lagi pula jangan ketinggian untuk mengharapkan sesuatu, lihat juga kapasitas anda dan dimana anda bekerja. Jangan berlebihan.... Sampai rela menyiksa anda sendiri. Cukup pikirkan yang sederhana saja supaya hidup enjoy dan ketika tidak mendapatkan sesuai harapan, jiwa anda tidak terguncang lalu sakit hati. Didepan dipuji dibelakang dikatai.
Didepan semua serasa manis, nanti dibelakang dibilang pahit.
Post a Comment for "Berkat Tuhanlah Yang Menjadikan Kaya, Susah Payah Tidak akan Menambahinya"